Kamis, 04 November 2010

SURAT UNTUK RI 1

Tulisan ini diposting teman satu barak saya di Purwobinangun, Bang erik dari mapala UNISI. brewok, berbadan besar, namun tampang garangnya tak menutupi kelembutan hatinya dan rasa kepeduliaannya yang besar terhadap kemanusiaan.

Pagi itu kami sama-sama berjuang menyiapkan makan pagi pengungsi sekitar 4000 bungkus nasi. Hari ini pak Beye akan datang, begtu tersiar kabarnya. Semua orang sibuk bersolek, warga dilatih baris berbaris, anak2 diberi bendera, barak diberi timbunan pasir agar tak terlihat becek seperti setiap harinya. Yah, saya memang bukan pendukung pak Beye, jadi tak terlalu antusias saya menyambutnya. Kecuali kalau yang datang adalah ketua PMI pusat, pasti saya sangat antusias sekali, Lebih cepat lebih baik..haha...
Pak beye pun tak lupa dengan politik pencitraannya, ia makan nasi bungkus pengungsi...
Cape deh, biasa aja kali...pak beye kan juga manusia, kaau makan nasi dibungkus ya biasa, kalau makan batu dibungkus baru luar biasa...

Begini tulisan bang Erick yang gokil abis ini...

Kepada Bapak presiden Republik Indonesia yang terhormat. Saya salah satu relawan merapi yang tergabung dengan posko relawan dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, berlokasi di barak pengungsian desa Purwobinangun Sleman Yogyakarta. Miris memang melihat kondisi yang ada di sini. Dengan jumlahnya bantuan yg masih bisa di bilang minim, dan tenaga sukarelawan yg masih terbatas. Rasa penat, capek, dan hawa dingin tidak kami rasakan lagi. Belum lagi rasa was-was yg selalu hinggap di pikiran kami. Tapi itu semua kami tepis hanya demi kemanusiaan. Tapi yg membuat kami terasa lebih capek, jengkel, dan mangkel (diartikan ke dalam bahasa indonesia dongkol) pada saat aktivitas di pagi hari ini tanggal 2 November 2010. Kami dapat kabar baha Bapak akan datang berkunjung ke barak kami. Kami anggap itu hal yang wajar atas bentuk kepedulian bapak kepada kami, kami ucapkan terima kasih. Tetapi mulai dari situlah bermucnculan ketimpangan-ketimpangan yg kami lihat, kami mulai bekerja di dapur umum bersama bapak-bapak anggota TNI, warga, dan relawan-relawan lainnya di mulai dari pukul 03.00 WIB dini hari untuk menyiapkan makanan bungkus untuk sarapan para pengungsi yg ada di barak pengungsian. Belum lagi kami menyelesaikan tugas2 kami tersebut, datanglah segerombolan anggota PASPAMPRES yg berpakaian serba hitam ingin menyeterilkan wilayah yg akan di kunjungi. satu hal pertanyaan saya, kenapa anggota2 tersebut menyiapkan ini itu untuk persiapan kedatangan Bapak agar terihat semuanya di sini baik2 saja, seharusnya yg Bapak lihat itu adalaha kondisi sebenar2nya, bukan untuk melihat sesuatu yg ditutup2i kebenarannya.

Belum lagi kelakuan ibu2 istri pejabat darmawanita yg berpakaian serba hijau2 itu datang dengan make up yg menor, dan bau parfum yg menyengat hidung, yang notabene semenjak tanggal 25 oktober 2010, tidak ada salah satu dari mereka yg batang hidungnya kelihatan di barak kami. Dan pagi ini, mereka dengan gaya sok mengatur dan seperti mereka yg istimewa langsung serba banyak mengatur pekerjaan kami di dapur umum tersebut. Dan mereka langsung memesan tempat agar mereka bisa ikut mebantu nantinya, itu bagus saya rasa kalau memang hati mereka tergerak sendiri untuk membantu kami, tetapi terlihat jelas, mereka ikut membantu di karenakan ada maksud tertentu. Entah apa itu maksud mereka untuk membantu, tetapi yg terlihat jelas di karenakan adanya kunjungan Bapak di barak kami. Dan mereka berpura2 sibuk, dan peduli kepada kami. Padahal selama ini apa yg telah mereka lakukan? tidak ada. Kalau seperti ini, wah kalo seperti ini, mau jadi apa bangsa kita? melakukan sesuatu karena pamrih atau karna hanya butuh pujian atasan. Samapai2 kami memberi julukan kepada mereka "artis bencana". dan salah satu teman kami relawan nyeletuk angkat bicara di depan ibu2 tersebut "wah... enak ya... bau nasinya jadi wangi parfum" dan satu lagi relawan kami langsung nyeletuk menanyakan langsung kepada ibu2 tersebut, "lha... kemarin2 ke mana aja bu? kok gak kesini-sini?" mereka hanya diam dan pura2 tidak tahu sambil senyum2 bercanda dengan sesama mereka. Satu kata buat mereka "PARAH" Mudah2an bagi mereka yang masih punya hati nurani, setelah mendapat tamparan seperti itu mereka sadar dan masih mau meneruskan dan membantu perjuangan kami di sini. Amin Ya Allah...Satu hal lagi, sepertinya tidak perlu dengan kedatangan Bapak kalau hanya membuat repot kami dengan harusnya menyiapkan anak2 SD yg menyambut bapak dengan iringan bendera di tangan, "yang ingin bapak lihat itu keadaan kami disini khan? bukan melihat sesuatu ketidak benaran yg ditutup2i", jujur saya dulu pendukung Bapak, dan ikut memilih bapak. Sekarang entah lagi siapa yg harus saya percayai untuk menjadi pengayom dan melayani kami.Untuk teman2 relawan semua dari organisasi apa saja, TETAP SEMANGAT, LAKUKANLAH PEKERJAAN MULIA INI DENGAN SATU NIAT TULUS IKHLAS, DAN TETAP WASPADA. Insyaallah kalian adalah penghuni2 surga nantinya... Amin Ya Allah...

Mohon Maaf apabila ada kesalahan tulis pada postingan ini.

Erick Ariestianto (http://www.facebook.com/note.php?note_id=461934234360&comments&ref=notif&notif_t=note_reply)


2 komentar:

  1. oii... revisi... aku bukan anggota mapala... tapi TEMPALA... Temennya mapala...

    BalasHapus
  2. hahahaha...mantap mas erick, pokoknya ada pala2nya...

    BalasHapus