Senin, 18 Oktober 2010

Antara Cita dan Cinta


Hari ini saya pulang KKn pukul 22.00, lelah tapi menyenangkan setelah seharian saya merasa iri dengan anak-anak Dukuh Ngelosari yang penuh keceriaan. Di saat usia seperti mereka yang merasa selalu bahagia dan tak punya beban tentunya. Asyiknya dunia anak-anak, terkadang saya ingin kembali untuk beberapa saat saja ke masa itu…haha

Saya lanjutkan membuka buku gawat darurat dan merenung hingga pukul 2.00 ini. Tak sabar jari-jari tangan langsung bergerak menuju keyboard kompi untuk menumpahkan isi hati. Dua kata yang sering mengusik hari-hari saya, CITA dan CINTA. Dua kata yang mirip dan sering mempengaruhi satu sama lainnya. hehe…


Cita?

Cita-cita lebih tepatnya, sejak saya kecil, saya sudah diajarkan untuk memiliki mimpi yang besar, kedua orang tua saya telah mengajari saya untuk mempunyai cita-cita yang tinggi, jadi dokter, pilot, tentara, bahkan presiden pun pernah menjadi bagian dari cita-cita kecil saya. Pengaruh ini mungkin disebabkan karena saya dibesarkan dari keluarga yang semuanya mendapatkan keadaan sekarang ini dari nol alias seratus persen perjuangan (bukan warisan) bro. Ayahku adalah seorang pemimpi besar yang merantau dari kampung (Aceh sono) untuk berjuang ke Jogja dengan penuh keterbatasan di saat mudanya. Ibuku adalah seorang guru yang ikhlas mengajar di manapun ia bersama ayahku. Alhamdulillah semangat itu tertular kepadaku, semangat untuk meraih mimpi yang besar ini mengalir deras di carotisku, ditambah epinefrin yang terasa berlebih dalam tubuhku, sehingga pacuan simpatisku selalu adekuat dalam setiap usahaku. pagi siang sore berjuang, malam waktunya berfikir dan merenungkan. Semoga gak over dan slalu begitu. Semoga kesehatan selalu diberikan Allah SWT kepadaku. Amin ya Rabb.


Cinta?

Mungkin saya termasuk orang yang sangat tidak sukses dalam hal ini, biarlah masing-masing mengartikan sendiri arti cintanya. Namun menurut saya, cinta bisa membuat kita sangat bahagia, namun juga bisa membuat kita sengat sedih. Cinta terkadang membuat saya kacau, cuek, sedih, dan bisa sangat mengganggu tujuan menuju cita-cita yang saya tuju. Mungkin sebagian orang menganggap saya picik, tapi rasanya malu seandainya saya ingin bersenang-senang dengan cinta disini, sementara kedua orang tua saya berjuang untuk kesuksesan saya. Hal ini yang slalu mengusik benak saya, sehingga untuk saat ini saya tidak mau berurusan dengan cinta. Yah walaupun kadang-kadang waktu dengerin lagu Sheila on 7 yang “Mungkin salahku melewatkanmu..dst” (Yang terlewatkan) agak bikin sakit hati juga. Hehe…Miris..tragis..Bombastis..anarkis..alah..


Cita dan Cinta? mana yg lebih penting ya..

Ada yang pernah bilang gini ke saya, tapi lupa siapa orangnya. “Kejarlah cita-cita sebelum cinta, apabila tercapainya cita-cita maka dengan sendirinya cinta itu akan datang”. Namun ada juga yang berpendapat begini “Cinta dan cita bisa berjalan seiring, saling mendukung untuk menuju impian-impian kita”. Dua pepatah ini saling berlawanan, tapi sebenarnya ada satu persamaan didalamnya. Silahkan teman-teman memilih sendiri dua pepatah itu, pertimbangkan mana yang paling sesuai dengan keadaan kita, dan mana yang paling bisa dijalankan oleh temen-temen. Kalau saya sih untuk saat ini menomorduakan cinta (biarin orang bilang gak laku=alibi. saya sih menunda..haha), toh ujung-ujungnya dari kedua pepatah diatas akan berakhir pada cinta juga. masih banyak yang harus saya perjuangkan, mengejar cita-cita, membantu adik-adik, orang tua, mengabdi di daerah terpencil, impian melanjutkan studi ke luar negeri, dan masih banyak lagi.

Dan ada satu pepatah lagi ni yang bikin pikiran saya rada adem adalah "kalo jodoh kagak kemane"..haha...


Abang masih dalam perjuangan, berusaha untuk ama, ine, dewi dan dek tri…Doakan abg slalu kuat dan istiqomah dalam perjuangan ini...amin

Makasih buat semuanya yang telah berbaik dan peduli denganku, semoga balasan rahmat dari Allah SWT selalu tercurah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar